Di antara malam yang terus mengalir di atas tikar bumi. Ada malam yang tercipta lebih mulia dari malam-malam lain. Mendulang satu bulan mulia kubah surga dalam 99 butir biji tasbih yang lebur di tiap dahaga dan perih kenyang berupa liur. Di malam itu ada suatu badai berkah yang menepi mereda menyisihkan diri dan menyerahkan kedua lengan pahalanya. Menyinarkan cahaya dari berjuta kemilau cahaya bulan ke hati makhluk pilihan. Menjejakkan kaki lebih dari dalamnya bumi. Mencengkramkan jari lebih dari paku bumi yang menjambak utas mayang pertiwi.
Di malam itu sebentuk cahaya melintas secepat kilat menembus mata. Meloloskan hempas lapar haus dahaga yang mencekik leher dan mencengkram perut. Menikam menembus usus.
Malam ini bulan menyandang jubah kebesarannya. Berkilau bak menyembul dari batas bening mata air. Dari pembaringanku bulan terlihat separuh tersipu. Memendarkan cahayanya, mulai menyisingkan sibak sang awan yang menimang bintang.
“Darma! Bantuin Ibu sini!“ suara Ibu mengusir lamunanku. Dari dalam kamar aku melongokkan kepalaku keluar.
“Cepetan!“ Ibu melambaikan tangannya begitu melihat wajahku di antara daun pintu.
“Ada apa sih, Bu? Darma lagi males nih.“ sungutku lesu.
“Eehh… Bantuin Ibu cari kain panjang di lemari.“ pinta Ibu sambil menarik tanganku agar mendekatinya. “Mbakyumu sebentar lagi melahirkan. Pasti butuh kain yang nggak sedikit.“ tambah Ibu menggelitik keingintahuanku.
“Mbak Imar mau melahirkan?“
Aku teringat pada perempuan malang itu ketika pertama kali datang ke rumah dan meminta agar Ibu bersedia memberinya tumpangan. Perutnya yang besar tanpa status yang jelas sempat dipergunjingkan masyarakat di kampung kami. Tapi sifat belas kasihan Ibu menebalkan telinganya. Sindiran orang bak angin lalu bagi Ibu. Toh pada akhirnya hilang dengan sendirinya.
“Bu bidan udah menanganinya.“ Ibu terus mengaduk-aduk lipatan kain di lemari tua kami.
Mbak Imar pernah cerita ke aku kalau dia adalah korban bujukan rayuan syetan. Entahlah! Aku belum mengerti dengan apa yang ia katakan saat itu. Bujukan apa? Rayuan apa? Dan pertanyaan lain yang tak berani untuk kutanyakan.
“Mbak pengen anak mbak kelak jadi orang yang saleh dan berbakti pada orang tua.“ Mbak Imar mengelus perutnya yang kian membesar. Di bulan ramadlan ini usia kandungannya genap sembilan bulan.
“Ntar kalau laki-laki, namanya Gilang Ramadan aja Mbak!“ ceplosku spontan.
“Boleh juga. Tapi kalau perempuan?“ Mbak Imar mengerlingkan matanya padaku.
“Ee…siapa ya?“
“Darma!!“ Ibu menyentakkan lamunanku. “Ibu pergi dulu ke rumah sakit. Doakan Mbakmu! Wudlu dan pergilah sholat!“ Tambah Ibu mengingatkanku sebelum pergi.
Suara langkah Ibu menghilang bersamaan tubuhnya yang sirna ditelan gelapnya malam.
Sejuk air wudlu menggusur gusar melintang dalam balur kalimat Allah. Meluncur sebaris doa beruntun dalam sebut Sang Rahman. Mengibarkan sebentuk harap melambai dari dalam linangan taubat. Di malam seribu malam ini, aku berharap atas nama seorang wanita. Lekukan badan, lipatan tulang dan sujudku melafazd kebesaran Illahi tak henti dalam leleh peluh keringat.
“Mbak memang pernah hidup penuh dosa. Tapi Mbak pengen mati dalam Islam dan kelak mendapatkan surga.”
Ketika kalimat istighfar masih basah melekat di bibirnya. Berulang kali kata-kata itu terngiang di telingaku. Kalimat yang sama ketika panas di lutut masih mengepul menempa kerasnya lantai beralas sajadah. Dan memerah kening menyentuh kiblat bak mengingat jutaan hitam mahkota kepala.
Dua bola mungil nan bening itu mendekap kagumku.
“Subhanallah…”
Bulat wajah mungilnya menyimpan sebentuk cahaya yang hanya dapat dilihat oleh gelap yang temaram. Kesucianya terlalu mendekap hatiku.
Tapi tangis lengkingnya mewakili kesedihanku mengantar jasad wanita malang yang mengaitkan mimpi pada cahaya kecil dan berharap mampu meredupkan angkuhnya matahari. Sembari menutup dua jendela hati. Aku turutkan seonggok doa lewat batin yang melolong menderitkan pintu surga. Ku coba menderitkan pintu surga!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Waktu
Pesan, Kesan dan Saran
Tentang
- asy-syifa
- Aku ingin seperti Melati tak pernah berdusta dengan apa yang ditampilkannya. Ia tak memiliki warna dibalik warna putihnya. Ia juga tak pernah menyimpan warna lain untuk berbagai keadaannya,.
Blog Archive
-
▼
2010
(85)
-
▼
Agustus
(58)
- Hak-Hak Wanita, Sebuah Tinjauan Sejarah
- Di Malam Kala Bulan Melingkar Tasbih
- Wanita yang Mengajari Suaminya
- Ketika Takdir Menguji Cinta
- Tujuh Indikator Kebahagiaan Dunia
- Aku Akan Menuju Syurga
- Sakaratul Maut
- Untaian Mutiara HIkmah vol. 3/I edisi Ramadhan
- Saudariku, Aku Menggugah Rasa Malumu,...
- Tanda 100 Hari Mau Meninggal
- Call Centre Tidak Pernah Ada Nada Sibuk..
- Shalat Malam di Bulan Ramadhan
- Ibunda, Mengapa Engkau Menangis?
- Sunnah-Sunnah yang Ditinggalkan di Bulan Ramadhan
- Hak dan Kewajiban Wanita dalam Islam
- Nasihat untuk Wanita Muslimah (revisi)
- Allah Masih Sayang
- Kisah Imam Ghazali dan Muridnya
- Mimpi yang Membawa Hikmah..
- sudah kah???
- Wali Allah yang Shalat Di Atas Air..
- Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana
- Rahasia Tidur dan Shalat Tahajjud
- Keistimewaan Wanita di Mata Islam
- Wanita Pilihan Allah
- Taubatnya Malik bin Dinar -Rohimahullah-
- Nilai Kita di Mata Orang-Orang yang Mencinta
- Lelaki Pilihan Allah
- Kesudahan yang Berlawanan..
- Indahnya Beristrikan Sholihah
- Tahajud Atasi Depresi
- Pintu Syurga untuk Muslimah
- Kisah pernikahan Rasulullah dan Siti Khadijah..
- Akhlak Mulia - Sebuah Solusi Penyembuh Penyakit Se...
- Khalifah Umar bin Abdul Aziz..
- 13 Sifat Perempuan Yang Tidak Disukai Laki-Laki
- Mengisi Waktu di Bulan Ramadhan
- Kisah 7 Butir Batu
- Wanita Ahli Syurga
- 13 Sifat Laki-laki Yang Tidak Disukai Perempuan
- Munajat
- Bisnis Ala Rasulullah
- Sungguh luar biasa Allah menciptakan ma...
- Malaikat Kecilku..
- Bidadari Syurga..
- Perjalanan yang Jauh..
- Meraih Berkah Ramadhan..
- 10 Hal yang Mendatangkan Cinta Allah..
- Khutbah Rasulullah menjelang Ramadhan
- Dahsyatnya Ujian Wanita dan Dunia
- Asy-Syifa radhiyallahu 'anha
- Ikhtiar dan Do’a: Upaya Menuju Kehidupan Bahagia
- Hanya Tuhan yang Tahu..
- Permata yang Dicari..
- Remaja Jatuh Cinta
- Munahajah Cinta
- Tentang Perpisahan
- Untukmu....
-
▼
Agustus
(58)
0 komentar:
Posting Komentar